Sekilas Tentang 5 Uskup Pribumi Pertama Di Indonesia; 3 Asal Jawa, 2 Asal NTT

oleh -4,707 views

Perjalanan sejarah Gereja Katolik Indonesia dimulai dengan kehadiran misionaris-misionaris dari Eropa. Umumnya dikenal dua serikat besar yang seolah membagi wilayah misi menjadi dua, yakni Barat dan Timur. Dua serikat tersebut adalah Serikat Jesuit (SJ) di bagian Barat dan Serikat Sabda Allah (SVD) di bagian Timur. Pada akhirnya, ketika Gereja Katolik Indonesia mulai bersemi, 2 tarekat religius itu pula yang melahirkan pemimpin-pemimpin Gereja asli pribumi Indonesia.

Tercatat, ada 5 orang uskup pertama asal Indonesia, 3 orang berasal tanah Jawa (barat) dan tentu dari Serikat Jesuit. Sedangkan 2 lainnya berasal dari NTT (Timur) dan sudah pasti berasal dari Serikat Sabda Allah (SVD). Dan entah suatu kebetulan, kelimanya diangkat secara selang-seling, mulai dari tanah Jawa kemudian NTT, lalu Jawa dan NTT lagi. Berikut 5 putera terbaik Indonesia pertama yang menjadi Uskup:

1. Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ

Soegija Pranata adalah orang Indonesia pertama yang menjadi Uskup. Ia lahir di Soerakarta pada 25 November 1896. Kemudian ditahbiskan menjadi imam pada Tanggal 15 Agustus 1931. Beliau ditunjuk menjadi uskup Semarang pada 1 Agustus 1940 dan menjabat hingga tutup usia pada Tanggal 22 Juli 1863.

Mgr. Soegija Pranata adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Gelar tersebut diperolehnya berkat jasa dan pengorbanannya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Dan karena jasa beliau, Vatikan menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Ajarannya yang dikenal luas di kalangan umat Katolik Indonesia adalah “100 Persen Katolik, 100 Persen Indonesia”.

Dalam sejarah Gereja Katolik sejagat, Mgr. Soegija terlibat dalam sesi pertama Konsili Vatikan II, yakni Konsili Ekumenes yang menentukan wajah Gereja Katolik saat ini.

2. Mgr. Gabriel Yohanes Wilhelmus Manek, SVD

Mgr. Gabriel Manek adalah Uskup Larantuka pertama sejak terbentuk pada 8 Maret 1951, dan kemudian pindah menjadi Uskup Agung Ende.

Ia lahir di Lahurus, Kabupaten Belu, Timor, NTT pada 18 Agustus 1913. Ditahbiskan menjadi Imam pada 28 Januari 1941. Ditunjuk menjadi Uskup Larantuka pada 8 Maret 1951, kemudian menjadi Uskup Agung Ende bertukar posisi dengan Mgr. Thijseen.

Salah satu buah karyanya yang dikenang Gereja di Larantuka, bahkan Indonesia dan dunia adalah menyerahkan Keuskupan Larantuka kepada Hati Maria yang Tak Bernoda, pada Tahun 1954. Kemudian pada 15 Agustus 1958, Mgr. Gabriel mendirikan kongregasi Suster-Suster Puteri Reinya Rosari (PRR). Tarekat yang didirikannya ini tetap melayani Gereja sampai saat ini.

Salah satu karya monumental lainnya adalah Rumah Sakit Lepra Beato Damian di Lewoleba, Lembata. Rumah sakit ini adalah rumah sakit bagi para penderita kusta.

Mgr. Gabriel meninggal dunia di Amerika Serikat pada 30 November 1989 dan dimakamkan di sana. Dan saat makamnya digali kembali pada April 2007, jenazahnya masih utuh. Jenazah tersebut telah dipindahkan ke Indonesia dan disemayamkan di Kapela di Biara Pusat suster-suster PRR di Lebao, Larantuka, Flores Timur.

Dalam sejarah Gereja Sejagat, Mgr. Gabriel Manek tercatat ikut dalam 3 sesi pertama Konsili Vatikan II.

Namanya saat ini diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Umum Daerah Mgr. Gabriel Manek Atambua, di tanah kelahirannya.

3. Mgr. Adrianus Djajaseputra, SJ

Mgr. Djajaseputera lahir di Jogjakarta pada Tanggal 12 Maret 1894. Ia ditahbiskan menjadi imam pada Tanggal 15 Agustus 1928. Kemudian, Paus Pius XII menunjuknya menjadi Vikaris Apostolik Jakarta, pada 18 Februari 1953.

Mgr. Djajaseputra menjadi Uskup menggantikan Mgr. Petrus Johanes Wilekens. Ia meninggal dunia pada 10 Juli 1979 dalam usia 85 Tahun. Penggantinya adalah Mgr. Leo Soekoto, SJ.

4. Mgr. Paulus Sani Kleden, SVD

(Mohon maaf, kami belum menemukan potret diri beliau. Tanpa mengurangi rasa hormat, kami memasang foto nisan beliau, untuk menunjukkan bahwa data beliau benar adanya)

Mgr. Paulus Sani Kleden adalah Uskup Keuskupan Denpasar, yang terpilih pada 04 Juli 1961.

Paulus Sani Kleden lahir di Waibalun, Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 26 juni 1924. Ia menjadi biarawan Serikat Sabda Allah dan ditahbiskan menjadi Imam pada Tanggal 20 Agustus 1950.

Pada Tanggal 3 Oktober 1961, Mgr. Paukus Sani Kleden ditahbiskan menjadi Uskup, menggantikan pendahulunya, Mgr. Hermens, SVD.

Mgr. Paulus Sani Kleden meninggal dunia pada Tanggal 17 November 1972 dalam usia 48 Tahun. Beliau digantikan oleh Mgr. Vitalis Djebarus, SVD, yang kelak pindah menjabat Uskup Keuskupan Ruteng, NTT.

5. Mgr. Justinus Kardinal Darmajuwono, SJ

Mgr. Justinus Kardinal Darmajuwono, SJ adalah Uskup Agung Semarang, menggantikan Uskup pertama Indonesia, Mgr. Soegija.

Justinus Darmajuwono lahir di Semarang pada Tanggal 2 November 1914. Tahbisan Imamat sebagai Imam Jesuit diterimanya pada Tanggal 25 Mei 1947, dari tangan Mgr. Soegija. Romo Justinus ini kemudian ditunjuk menjadi Uskup pada 10 Desember 1963 dan ditahbiskan pada 06 April 1964.

Pada Tahun 1967, Tahta Suci melalui Paus Paulus VI menggangkat Mgr. Justinus menjadi Kardinal. Dalam hal ini, beliau adalah Kardinal pertama di Indonesia.

Jasa-jasanya dalam sejarah Gereja Katolik dunia, bahwa Mgr. Justinus Kardinal terlibat dalam sesi 3 dan 4 Konsili Vatikan II. Kemudian sebagai Kardinal, beliau ikut dalam dua kali sidang konklaf, yaitu sidang pemilihan Paus. Pertama, pada Konklaf 26 Agustus 1978 saat terpilihnya Paus Yohanes Paulus I dan kemudian konklaf 14-16 Oktober 1978 saat terpilihnya Paus Yohanes Paulus II.

Mgr. Justinus Kardinal Darmojuwono wafat pada Tanggal 03 Februari 1994. Usai wafatnya, jabatan sebagai Uskup Agung Semarang dan sejaligus Kardinal dilanjutkan oleh Mgr. Julius Kardinal Riyadi Darmaatnadja, SJ.

Demikian 5 putera Indonesia pertama yang menjadi Uskup di tanah air. Data ini kami peroleh dari sumber online yang kemudian kami urutkan berdasarkan tahun terpilih menjadi Uskup. Jika ada hal lain yang perlu dikoreksi, silahkan tinggalkan di kolom komentar.

Kami juga mohon maaf sebesar-besarnya karena belum berhasil mendapatkan foto Mgr. Paulus Sani Kleden, SVD. Jika ada pembaca budiman yang memiliki koleksi bisa dishare ke kami untuk penyempurnaan karya ini.*(JoGer)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.