Malaka, NTT — Penjabat (Pj) Bupati Malaka, Viktorius Manek, S.Sos, M.Si merespon serius pemberitaan Sakunar soal dugaan permainan harga Sembilan Bahan Pokok (sembako) dan Bahan Bakar Minyak (BBM) di wilayah tertentu sebagai dampak dari bencana banjir yang menyebabkan ambruknya Jembatan Benenain.
Kepada Sakunar melalui pesan WhatsApp, Senin malam (05/04/2021, Pj Bupati mengungkapkan, pihaknya telah memerintahkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk melakukan kontrol dan pengawasab terhadap distribusi sembako di wilayah terdampak bencana.
“Saya sudah minta bagian Ekonomi untuk mengontrol. Nanti kalau ada pengusaha yang kedapatan bermain-main dengan harga akan kita berikan sanksi tegas”, tulis Pj Bupati dalam pesan WhatsApp tersebut.
Sebelumnya diberitakan Sakunar, Bencana Banjir Malaka pada Minggu Paskah (04/04/2021) menyebabkan ambruknya Jembatan Benenain yang menjadi penghubung Kota Betun dengan beberapa wilayah di selatan Kabupaten Malaka ambruk.
Kondisi ini membuat beberapa wilayah terisolasi, antara lain Kecamatan Malaka Barat, Weliman dan Rinhat serta 2 desa di Kecamatan Malaka Tengah. Arus mobilisasi orang dan barang menuju Kota Betun dan sebaliknya menjadi terhambat.
Terkait ini, masyarakat di wilayah yang terisolir tersebut mengaku cemas dan khawatir akan kelangkaan Sembako dan BBM, yang akan berbuntut pada permainan harga oleh para spekulan dan pengecer.
Kecemasan dan kehawatiran masyarakat tersebut bukannya tanpa alasan. Warga mengaku, beberapa jenis sembako, seperti minyak tanah mulai langka di pasaran.
“Malahan ada pedagang yang secara terang-terangan katakan kepada pembeli bahwa minyak tanah tidak dijual lagi. Padahal kita lihat jelas bahwa stoknya masih banyak. Ini sangat bahaya karena bisa terjadi penimbunan untuk mempermainkan harga”, ujar Stefanus Bria asal Kecamatan Wewiku.
Menurut Stefanus, kondisi seperti ini pernah terjadi di Tahun 2000 ketika jembatan Benenai putus. Kala itu, harga-harga barang mendadak dinaikkan hingga 10 kali lipat.
“Nah, kalau barang yang mereka ambil dari grosir dengan harga tinggi boleh lah dijual dengan harga tinggi. Tetapi stok yang ada sekarang kan stok lama yang mereka ambil dari grosir dengan harga normal. Maka kalau mereka timbun lalu nanti jual dengan harga tinggi, kasihanlah rakyat. Sudah susah dibuat tambah susah lagi”, lanjutnya.
Karena itu, Stefanus berharap, Pemerintah dan Aparat Penegak Hukum (APH) bisa melakukan kontrol terhadap distribusi dan harga sembako serta bahan bakar minyak (BBM). “Bila perlu Pemerintah buat operasi pasar untuk menjaga stabilitas harga”, ujarnya.
Senada dengan itu, Yosef Kehi, asal Kecamatan Weliman mengungkapkan, tanda-tanda kenaikan harga sembako di tingkat pengecer sudah mulai nampak. “Minggu lalu saya beli beras harganya masih 11 Ribu per kilo. Sekarang beras yang sama sudah jadi 13 Ribu per kilo. Saya tidak tau itu karena memang harga beras naik, atau harga naik karena bencana ini”, ujarnya.
Ditemui terpisah, pengecer sembako di Kecamatan Wewiku yang minta namanya tidak dikorankan mengaku, dirinya belum tahu bagaimana cara untuk mendapatkan barang dagangan. Karena selama ini dirinya mendapatkan barang dagangan dari pemasok keliling yang datang dari Atambua, Kabupaten Belu yang datang melalui Betun.
“Kalau jembatan sudah putus begini tidak tahu mau belanja di mana lagi. Pasti kita sudah susah dapat barang. Kalau dapat dari kupang tentu ongkos transport mahal sehingga harus jual kembali dengan harga mahal juga”, ujarnya.
Terkait dugaan menaikkan harga barang saat ini dirinya menjawab secara diplomatis bahwa sesama pengusaha tidak akan saling tikung. “Misalnya kalau yang lain jual 10 Ribu lalu kita jual 7 Ribu maka kita dianggap potong harga”, jelasnya.*(BuSer/ Tim)