Scroll untuk baca artikel
Sejarah

Peltu Markus Afel; Putera Alor-NTT Mantan Tentara AL Sekutu, Pejuang 1945

2444
×

Peltu Markus Afel; Putera Alor-NTT Mantan Tentara AL Sekutu, Pejuang 1945

Sebarkan artikel ini

Markus Afel adalah sosok pejuang kemerdekaan, berasal dari Pulau Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Markus adalah seorang mantan tentara Angkatan Laut Sekutu, yang kemudian hari menjadi salah satu prajurit Badan Keamanan Rakyat (BKR) Angkatan Laut (AL). BKR AL inilah cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI) AL yang kita kenal saat ini. Markus Afel terlibat langsung dalam perjuangan mempertahanka kemerdekaan Negara Republik Indonesia pasca 17 Agustus 1945.

Masa sebelum Perang Kemerdekaan

Pemuda Markus Afel berasal dari Pulau Alor, dilahirkan tanggal 16 Maret 1909 di Siliwati Welai, Alor. Markus lahir dari Pasangan Suami-Istri Kornelis Kamaukari dan Lodia Lonete.

Pemuda Markus sempat mengenyam pendidikan dasar selama 3 tahun di SR Ruilak (1922-1955).

Sejak remaja, Markus memang sudah punya cita-cita menjadi Pelaut. Dan untuk mengejar cita-cita tersebut, Markus muda pun merantau ke Sulawesi Selatan pada tahun 1927. Kala itu ia berusia 18 tahun. Di Makassar, Markus Afel sempat bekerja pada pengrajin Emas tetapi hanya setahun saja. Kemudian Markus Afel berpindah ke Surabaya.

Sejak saat itu Markus Afel mulai bekerja sebagai Klasi Kapal KPM. Dalam kurun waktu 13 tahun, yakni 1928-1941, Markus Afel telah bekerja di 11 kapal. Terakhir dia bekerja sebagai Klasi di Kapal Belanda Rijnest. Kapal ini melayani rute Dalam Negeri sampai dengan rute Luar Negeri.

Suatu saat, ketika Markus Afel berlayar dengan Kapal Rijnest, kapal tersebut menyinggahi kota Bombay di India, dan berlabuh di kota tersebut. Pemuda Markus Afel turun ke darat dan tinggal di Bombay guna ikut kursus Bahasa Inggris, karena dia menganggap kalau mau sukses sebagai Pelaut dia harus menguasai Bahasa Inggris. Setelah tiga bulan mengikuti kursus di Bombay, Markus Afel pun kembali ke Indonesia.

Menjadi anggota Tentara Angkatan laut Sekutu

Ketika berlangsung Perang antara Sekutu melawan Jepang dalam Perang Dunia ke II, Markus Afel bersama-sama temannya dari Alor yaitu Drik Adam dan Yakob Sina ‘merantau’ ke Melbourne-Australia. Mereka bertiga mencari kerja disana dan mendapat kerja sebagai Security di sebuah Club malam pada sebuah Hotel di kota Melbourne. Pengalaman bekerja di Club Malam tersebut membuat bahasa Inggris ketiganya sudah semakin baik dan fasih. Dan berbekal bahasa Inggris yang baik tersebut kemudian ketiganya nekad untuk mendaftarkan diri menjadi anggota Angkatan Laut Sekutu. Markus Afel dan kawan-kawan pun diterima, karena pada saat tersebut Tentara Sekutu memerlukan banyak anggota tentara untuk diterjunkan di medan pertempuran Perang Dunia ke II melawan Jepang. Markus Afel 2 kawannya ditempatkan di Papua New Guinea (Irian Timur) untuk mempertahankan Port Moresby.

Baca Juga:  Sejarah Gereja Katolik Di Pulau Timor (4) -- Para Misionaris Awam Putera Pribumi 

Di Irian Timur ini terjadi pertempuran sengit antara Sekutu dengan tentara Jepang, yang dikenal dengan Operasi Cartwheel. Sekutu berusaha mengisolir Pasukan Jepang yang berada di Papua New Guinea dari bantuan induk pasukannya. Usaha ini berhasil sehingga pasukan Tentara Jepang di Irian Timur akhirnya menyerah kalah.

Setelah Jepang menyerah kepada Tentara Sekutu dibawah pimpinan Jenderal Mac Arthur pada Agustus 1945, Markus dan kawan-kawan kemudian ditarik kembali ke Australia. Setibanya di Australia mereka mendengar bahwa Soekarno dan Hatta telah menyatakan Indonesia telah Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.

Markus dan temannya merasa terpanggil untuk kembali ke Indonesia. Bersamaan dengan itu Pemerintah Indonesia juga meminta bantuan kepada Australia untuk memulangkan semua warga negara Indonesia yang berada di Australia ke Indonesia, maka Markus dan kedua temannyapun mengambil keputusan untuk kembali ke Indonesia setelah bermukim di Australia selama hampir 4 (empat) tahun.

Australia memberikan bantuan dan fasilitas bagi Markus dan kawan-kawan untuk kembali ke Indonesia. Sesampainya di Jakarta pada tanggal 5 Nopember 1945, ibu kota negara Indonesia ternyata telah dipindahkan ke Yogyakarta, maka mereka diantar sampai ke Yogyakarta.

Di Yogyakarta, menjelang Agresi Militer Belanda, Markus Afel dan dua kawannya diangkat menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut Indonesia. Mereka ditempatkan pada Armada IV Angkatan Laut Indonesia (2 Des 1945). Komandannya saat itu adalah R.A.Soebekti dan Pangkalannya berkedudukan di Tegal.

Sebagaimana yang ditulis oleh Sudono Yusuf dalam bukunya ”Sejarah Perkembangan Angkatan Laut” (tahun 1971) bahwa BKR Laut di Tegal terbentuk dengan ikut melibatkan Siswa dan Instruktur Sekolah pelayaran Tegal agar bisa mencukupi terbentuknya Pasukan.

Baca Juga:  Sejarah Gereja Katolik Di Pulau Timor (3) -- Kedatangan Misionaris SVD

Pengalaman Perang Di Tanah Air

Tidak lama kemudian, Belanda menyatakan Perang dengan Negara Republik Indonesia yang baru saja lahir. Belanda melakukan Agresi Militer kepada Indonesia termasuk penyerangan ke Markas Angkatan laut (BKR-Laut) Indonesia di Tegal.

Dalam suatu pertempuran sengit di laut antara Tentara Indonesia melawan tentara Belanda, sebuah kapal perang Indonesia, yakni KRI Gajah Mada berhasil ditenggelamkan oleh Belanda di Wilayah Cirebon. Komandan KRI tersebut adalah Letnan Samadikoen dan Markus Afel adalah salah satu kru KRI tersebut. Markus dan kawan-kawannya kemudian ditangkap dan ditawan oleh Belanda.

Setelah dibebaskan dari tawanan, Markus dengan kawan-kawannya yakni Drik Adam dan Yakob Sine tetap berada di Tentara Angkatan Laut Indonesia. Sedangkan teman-temannya yang juga berasal dari NTT yakni Chris Mooy, Is Tibuludji, dan El Tari kemudian berpindah ke Tentara Angkatan Darat Indonesia.

Perang di Tegal menyebabkan Armada IV tentara Angkatan Laut Indonesia benar-benar dilumpuhkan. Markus, Drik Adam serta Yakob Sina dan teman-teman dari kesatuan Angkatan Laut beralih ke pertempuran di darat. Mereka melakukan sistim pertempuran Gerilya yang terkenal itu. Waktu siang hari mereka berpencar kehutan melakukan penyerangan kepada Belanda. Di waktu malam mereka menyusup masuk ke Kota. Inilah sistim Pertempuran Hutan ke Kota, yang membuat pasukan musuh bingung. Pertempuran dengan sistim Gerilya ini langsung dipimpin oleh Panglima Besar Soedirman di hutan Jawa tengah.

Dalam penugasan sebagai mata-mata di Tegal, Markus Afel ditangkap tentara Belanda. Markus ditahan dan diinterogasi oleh tentara Belanda, tetapi Markus Afel tetap kokoh tidak mau membocorkan rahasia tentang kegiatan Gerilya. Akibatnya, Markus Afel mengalami penyiksaan yang luar biasa. Tentara Belanda mengambil keputusan untuk mengexekusi mati Markus. Namun sehari menjelang exekusi matinya, Markus Afel berhasil melarikan diri dari tahanan Belanda.

Pada tanggal 3 januari 1948 Panglima Besar Soedirman menaikkan pangkat Markus dari Sersan Dua ke Sersan Satu Pelaut. Peristiwa ini terjadi di depan korps Armada IV Anglatan Laut Indonesia di Wonosobo.

Baca Juga:  Sejarah Gereja Katolik Di Pulau Timor (1) -- Baptisan Pertama Dan Gereja Perdana

Pada tanggal 20 Oktober 1948, Pangkalan Armada IV Tentara Angkatan Laut Indonesia berpindah dari Tegal ke Rembang. Markus Afel dan teman-temannya tetap berada pada Armada IV Tentara Angkatan Laut Indonesia yang pada saat itu dikomandani oleh Muhammad Yunus dan wakil komandan Ali Sadikin.

Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia diakui oleh Belanda pada Desember 1949, maka pada tahun 1950 Markus dan kawan-kawan dikembalikan ke Surabaya dan bertugas disana sampai dengan masa pensiunnya tiba pada tahun 1971. Markus Afel pensiun dengan pangkat Peltu (P). Setelah pensiun pada tahun 1971 diapun kembali ke Alor.

Keluarga

Markus Afel kembali ke Alor dan menikah dengan Gadis Kabola bernama Dina Lobang. Dari hasil pernikahan tersebut mereka dikaruniai 5 (lima) orang Anak, masing-masing: Yuliana Afel, Sepnat Afel, Johan Afel, Darjuna Afel, dan Afliana Afel.

Markus Afel wafat tahun 1996 dalam usia 87 tahun. Markus Afel kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Malus Galiau-Batu Nirmala Alor.

Bintang Jasa dan Tanda Penghargaan

Prajurit Pejuan Kemerdekaan Peltu (P) Markus Afel menerima sejumlah penghargaan dan bintang jasa. Berikut penghargaan dan Bintang Jawa yang diterima Markus Afel:

  1. Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia (tanggal 5 Mei 1957)
  2. Satya Lencana Peristiwa Aksi Militer kesatu dari Menhankam RI (tanggal 15 Agustus 1958).
  3. Satya Lencana Aksi Militer kedua dari Menhan RI tanggal 15 Agustus 1959.
  4. Satya Lencana Kesetiaan dari Menhankam RI tanggal 15 Agustus 1958
  5. Tanda Jasa PAHLAWAN atas Jasa2 dalam Perjuangan Gerilya dari Presiden RI tanggal 5 Oktober 1961.
  6. Satya Lencana Kesetiaan 24 tahun, januari 1971.

Prajurit Pejuang Peltu (P) Markus Afel adalah kusuma bangsa. Hormat Sang Pahlawan!

*Artikel ini dikutip dari Blog NickyWriteHostory.
Sumber Data dan Cerita : Arsip berkas usulan Pahlawan Perintis dan Pejuang asal NTT (2002) milik Leopold Nisnoni.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *