Scroll untuk baca artikel
Nasional

Bilang Kemarau 2025 Lebih Pendek, Ini Rekomendasi BMKG 

85
×

Bilang Kemarau 2025 Lebih Pendek, Ini Rekomendasi BMKG 

Sebarkan artikel ini

Jakarta, sakunar.com — Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun 2025 bakal berlangsung lebih singkat dari biasanya di sejumlah wilayah di Indonesia. Hal ini berdasarkan pemantauan dan analisis dinamika iklim global dan regional yang dilakukan BMKG hingga pertengahan April 2025.

BMKG menyebutkan, awal musim kemarau tahun 2025 telah mulai terjadi sejak April dan akan berlangsung secara bertahap di berbagai wilayah Indonesia.

Demikian dikatakan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam siaran pers yang disebarkan melalui situs resmi BMKG, bmkg.go.id.

“Awal musim kemarau di Indonesia diprediksi tidak terjadi secara serempak. Pada bulan April 2025, sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) akan memasuki musim kemarau. Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, seiring meluasnya wilayah yang terdampak, termasuk sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua,” ujar Dwikorita.

Baca Juga:  BMKG Buka Pendaftaran CPNS, Beberapa Daerah Termasuk NTT Prioritas

Menurut dia, puncak musim kemarau akan terjadi pada Juni hingga Agustus 2025, dengan wilayah-wilayah seperti Jawa bagian tengah hingga timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku diperkirakan mengalami puncak kekeringan pada Agustus.

Terkait ini, BMKG merekomendasikan beberapa hal sebagai bentuk mitigasi terhadap risiko musim kemarau. Di sektor pertanian, misalnya, disarankan untuk melakukan penyesuaian jadwal tanam sesuai prediksi awal musim kemarau di tiap wilayah, pemilihan varietas tanaman yang tahan terhadap kekeringan, serta optimalisasi pengelolaan air untuk mendukung produktivitas pertanian di tengah keterbatasan curah hujan.

Baca Juga:  BMKG Kasi Kabar Baik Soal Siklon Tropis, Simak Disini

Untuk sektor kebencanaan, peningkatan kesiapsiagaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi hal yang sangat krusial, terutama di wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat normal hingga lebih kering dari biasanya.

Pada periode saat ini dimana masih ada hujan, perlu ditingkatkan upaya pembasahan lahan-lahan gambut untuk menaikkan tinggi muka air dan pengisian embung-embung penampungan air di area yang rentan terbakar.

Baca Juga:  BMKG Deteksi 2 Bibit Siklon Tropis Di Sekitar NTT Dan Papua, Ini Dampaknya!

Sementara itu, di sektor lingkungan dan kesehatan, BMKG mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi penurunan kualitas udara di wilayah perkotaan dan daerah rawan karhutla, serta dampak suhu panas dan kelembapan tinggi yang dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat.

Adapun sektor energi dan sumber daya air, tambah dia, diimbau untuk mengelola pasokan air secara bijak dan efisien demi menjamin keberlanjutan operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA), sistem irigasi, dan pemenuhan kebutuhan air baku masyarakat selama periode musim kemarau berlangsung.*(Biro Hukum, Hubungan Masyarakat, dan Kerja Sama BMKG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *