Hubungan Epistaksis Dengan Hipertensi

oleh -896 views

Epistaksis atau mimisan merupakan perdarahan yang terjadi di hidung. Perdarahan bisa berasal dari bagian depan hidung (epistaksis anterior) atau belakang hidung (epistaksis posterior). Selain itu, darah juga bisa keluar dari satu atau kedua lubang hidung.

Epistaksis merupakan suatu kondisi klinis yang sering ditemui dan dapat terjadi pada semua umur dengan banyak variasi penyebabnya. Penyebab epistaksis bisa lokal maupun sistemik, penyebab lokal dapat diakibatkan oleh sinusitis kronis, benda asing, iritan, dan trauma. Penyebab sistemik dapat disebabkan oleh hipertensi, leukemia, sirosis hati ataupun obat-obatan (anti inflammatory drugs).

Salah satu faktor resiko yang diduga kuat berperan dalam terjadinya epistaksis atau perdarahan hidung adalah hipertensi atau penyakit darah tinggi. Hipertensi diduga tidak menyebabkan epistaksis secara langsung tapi memperberat episode epistaksis. Mengendalikan tekanan darah sebagai salah satu faktor resiko akan menurunkan insiden terjadinya epsitaksis, sehingga sangat dianjurkan yang memiliki penyakit hipertensi tetap melakukan kontrol rutin dan minum obat anti hipertensi secara teratur.

Perdarahan dari bagian depan hidung atau Epistaksis anterior bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:

  • Kebiasaan sering mengorek hidung dengan kuku yang tajam;
  • Bersin dan membuang ingus terlalu keras;
  • Udara yang kering dan dingin, misalnya ketika berada di dataran tinggi;
  • Cedera pada hidung;
  • Hidung tersumbat atau pilek, misalnya karena flu atau sinusitis;
  • Alergi;
  • Hidung bengkok akibat cacat bawaan lahir atau cedera (deviasi septum);
  • Efek samping obat dekongestan, terutama jika digunakan secara berlebihan.

Sementara ada beberapa hal yang menyebabkan perdarahan dari belakang hidung atau epistaksis posterior, yaitu:

  • Hidung patah akibat cedera;
  • Kelainan pada pembuluh darah di dalam hidung, misalnya akibat kelainan genetik atau pengerasan dinding pembuluh darah, hipertensi;
  • Komplikasi atau efek samping operasi hidung;
  • Pukulan atau benturan keras pada wajah atau kepala;
  • Gangguan pembekuan darah, misalnya kelainan genetik atau kanker darah (leukemia);
  • Efek samping obat pengencer darah seperti aspirin dan antikoagulan;
  • Tumor atau kanker di rongga hidung, misalnya kanker nasofaring.

Pada pasien dengan hipertensi yang lama memiliki kerusakan pembuluh darah yang kronis. Hal ini beresiko terjadi epistaksis terutama pada kenaikan tekanan darah yang abnormal.

Pasien epistaksis dengan hipertensi cenderung mengalami perdarahan berulang pada bagian hidung yang kaya dengan persyarafan autonom yaitu bagian pertengahan posterior dan bagian diantara konka media dan konka inferior.

 

Penatalaksanaan epistaksis dengan hipertensi

Penatalaksanaan epistaksis dengan hipertensi secara umum sama dengan kasus epistaksis lainnya. Penilaian pertama yang harus dilakukan adalah menilai stabilitas hemodinamik pasien. Kehilangan darah yang banyak serta diperhatikan tanda-tanda terjadinya syok hipovolemik.

Selain itu, Hal yang tidak kalah pentingnya dalam penanganan epistaksis dengan hipertensi ini adalah penanganan lanjutan untuk hipertensinya setelah mereka mendapatkan pengobatan di unit gawat darurat.

 

Langkah-langkah yang perlu dilakukan saat mengalami epistaksis di rumah :

Melihat darah keluar dari hidung tentu menakutkan, bahkan membuat bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Namun, cobalah untuk tetap tenang dan lakukan beberapa langkah penanganan epistaksis berikut ini:

  • Duduk tegak dan condongkan tubuh ke depan. Posisi ini bisa mengurangi tekanan dalam pembuluh darah di hidung. Sehingga dapat mengurangi perdarahan. Posisi condong ke depan juga bisa mencegah darah masuk ke dalam lambung atau tenggorokan.
  • Setelah itu, embuskan napas dari hidung seperti membuang ingus, tetapi lakukan secara perlahan untuk membersihkan saluran hidung dari bekuan darah.
  • Selanjutnya jepit lubang hidung selama 5 – 10 menit memakai ibu jari dan telunjuk guna menghentikan perdarahan. Lakukan pada kedua lubang meski perdarahan hanya keluar pada satu lubang hidung saja. Lakukan hal ini dengan posisi kepala menunduk, bukan menengadah (karena bisa terjadi aspirasi/tersedak).
  • Cobalah bernapas melalui mulut.

Setelah darah berhenti, ada pula beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah darah keluar lagi, yaitu: 1) Istirahat dengan posisi kepala agak ditinggikan, sekitar 30-45 derajat. 2) Jangan meniup hidung atau memasukkan apapun ke dalamnya. Jika harus bersin, buka mulut sehingga udara akan keluar dari mulut bukan hidung. 3) Jangan mengejan saat buang air besar, sebaiknya gunakan pelunak kotoran atau pencahar. 4) Jangan mengangkat benda yang berat untuk sementara waktu. 5) Cobalah selalu menjaga posisi kepala lebih tinggi dari jantung 6. Hindari minum obat yang mengencerkan darah, seperti aspirin, ibuprofen.*(dr. Elviana Lui Tey Seran)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.