Lewoleba, Sakunar — Pertandingan antara tim tuan rumah, Persebata Lembata dan PS Malaka di babak 16 besar turnamen sepak bola El Tari Memorial Cup (ETMC) 2022 telah usai. Pertandingan berakhir melalui drama adu pinalti, setelah dua tim bermain sekitar 2 jam penuh.Tuan rumah pun menang setelah 2 pemain PS Malaka gagal melaksanakan eksekusi pinalti.
Walau telah usai, pertandingan tersebut menyisakan beberapa catatan hitam yang harus menjadi bahan evaluasi panitia penyelenggara dan Asprov PSSI NTT. Point-point ini sebenarnya sudah pernah terjadi dalam laga-laga sebelumnya, namun anehnya masih terus dipelihara di ajang bergengsi ETMC, kualifikasi Liga 3 ini.
Pertama, ulah suporter yang menyerang pemain tim lawan saat pertandingan berlangsung. Hal tak terpuji ini sebebarnya sudah terjadi sebelumnya. Kita ambil contoh, ulah suporter Perseftim, yang kemudian menuai surat aduan dari Askab PSSI Manggarai Timur.
Hal ini pun masih terjadi di laga babak 16 besar antara tuan rumah Persebata Lembata versus PS Malaka. Ketika tim tuan rumah etinggalan 0-1, suporternya berubah anarkis. Lapangan pertandingan pun dihujani lemparan-lemparan. Sasarannya tentu para pemain PS Malaka.
“Apa-apaan ini? Katanya mau junjung tinggi sportivitas tapi kayak ini. Bagi kami, kalah atau menang dalam pertandingan itu hal biasa. Yang tidak kami mengerti adalah ulah suporter tuan rumah yang main lempar,” ujar Pelatih Kepala PS Malaka, Adrianus Bria Seran usai pertandingan.
Kedua, Netralitas Wasit yang dikeluhkan, bukan hanya oleh PS Malaka, tetapi oleh tim-tim lain. Juba dikeluhkan penonton, baik yang mennton langsung maupun melalui live streaming. Sampai-sampai ada komentar miring dari warga net: “Wasit-wasit yang memimpin ETMC kali ini parah semua”.
Asisten Pelatih PS Malaka, Fulgentius Fahik, yang memimpin tim di lapangan sampai berkomentar: “Kami harus bermain melawan 11 pemain plus wasit dan satu stadion (maksudnya suporter yang memenuhi stadion)”.
“Ini bukan soal kami kalah dalam laga ini, tetapi soal kredibilitas sepak bola Nusa Tenggara Timur. Kalau masih terus seperti ini, kapan kita maju?”, tambah Fulgentius.
Soal kepemimpinan wasit di turnamen ETMC ini pun pernah menuai aduan dari Askab PSSI Rote Ndao. Namun sejauh mana Asprov merespon ini? Walahualam. Kita menanti, sambil terus menyaksikan hal-hal tak mengenakkan di lapangan hijau, yang diduga akibat ulah wasit. Sebagai catatan, aksi di penghujung laga PSKK Kota Kupang versus Perss Soe, Senin pag tadi (19/09) di Lapangan Polres Lembata.
Akhirnya kita bisa sampai pada suatu kekhawatiran besar. Kita mulai dari sebuah pengandaian, apa yang terjadi jika tim tuan rumah bertemu tim lain yang juga didukung suporter langsung di lapangan? Tarulah sebagai contoh (cuma contoh ya), jika tim tuan rumah bersua Perseftim Flores Timur. Kekhawatiran akan terjadi hal-hal tak diinginkan, baik di dalam maupun di luar lapangan bukanlah suatu yang mustahil.
Apalagi didukung dengan kondisi stadion yang sangat terbuka dan aparat keamanan yang kalah jumlah.
Ah, akan dibawa kemana ETMC XXXI, Tahun 2022 di Kabupaten Lembata ini?
Sekjen Asprov PSSI NTT, Abdul Muiz belum berhasil dikonfirmasi terkait beberapa hal ini.*(JoGer)