Sepak bola bukan hanya ajang untuk berprestasi tetapi juga harus menjadi ajang untuk mempertontonkan kualitas peradaban. Kira-kira itulah sari pati sambutan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat, ketika membuka Turnamen ETMC 2019 di Lapangan Betun Juli 2019 silam. Harapan yang sama disampaikan gubernur ketika membuka ETMC 2022 Lembata, Jumat 9 September lalu. “Kita harus mewujudkan sepak bola bersahabat”.
Harapan Gubernur NTT ini harusnya menjadi pegangan bagi semua tim yang berlaga di turnamen El Tari Memorial Cup (ETMC) dari tahun ke tahun. Apa lagi, ketika menengok ke belakang, pada tujuan luhur yang hendak dicapai ketika turnamen ini mulai dihelat. “Tidak sekedar berprestasi dalam olahraga sepak bola tetapi juga merekat kaum muda Nusa Tenggara Timur yang tersebar di berbagai pulau”. Ini misi mulia yang diusung turnamen ini.
Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap tim lain, kita coba menyimak misi ini dalam pertandingan antara tuan rumah, Persebata Lembata versus PS Malaka. Pertandingan babak 16 besar yang digelar Senin (19/09/2022). Kita ambil laga ini sebagai contoh, karena kami menilai pertandingan ini ‘panas’ lantaran menentukan nasib tuan rumah Persebata Lembata di turnamen ini.
Bermain di bawah sengatan mentari, tentu darah para pemain mendidih. Maka tak ayal, gesekan-gesekan kecil antar pemain kedua tim tak bisa dihindari. Yang patut diapresiasi adalah sikap para pemain yang berusaha saling berangkul di ujung setiap gesekan. Kita ambil contoh, ketika Kapten kesebelasan PS Malaka, Yoko Jehaman mengejar pemain Persebata untuk minta maaf di ujung sebuah gesekan. Walau tak dihiraukan, Yoko terus mengejar hingga mencium pemain persebata tersebut. Tentu kita semua sepakat, bahwa Ini adalah sebuah kualitas peradaban. Tentu masih banyak moment lain yang tidak bisa kita sebut satu per satu di sini.
Berikut, kualitas peradaban itu dipertontonkan usai laga antara ke dua tim melalui drama adu pinalti. Walaupun ada insiden kecil ketika botol air mineral beterbangan ke lapangan saat pertandingan berjalan, namun situasi berbeda diperlihatkan saat usai laga. Para pemain dan tim offisial PS Malaka tertangkap camera asyik menari bersama ribuan suporter tim tuan rumah. “Betapa mengharukan hal ini”, tulis warga net. “Inilah NTT. Apapun yang terjadi, kita semua basudara”.
Sungguh sebuah tontonan menarik. Mengharukan. Tentu, inilah “Sepak Bola Bersahabat” yang dimaksudkan Sang Gubernur NTT. Tentu pula, ini adalah kualitas peradaban kita yang harusnya kita pertontonkan dalam ajang ETMC ini. “Berprestasi Dalam Persaudaraan”. Kiranya hal positif ini kita pertahankan bersama hingga turnamen musim ini usai, juga di musim-musim selanjutnya. Salam Sepak Bola. Salam Satu Flobamorata.*(JoGer)