Kupang, Sakunar — Jalan Trans-Timor Kilometer 73, di Kelurahan Takari, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih sangat rawan terjadi longsor susulan. Material longsor pada 17 Februari 2023 telah dibersihkan. Namun kembali tertimbun material longsor susulan yang kembali menutup badan jalan. Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) NTT siapkan 3 alternatif penanganan untuk antisipasi longsor di musim hujan.
Demikian dikatakan Kepala BPJN NTT, Agustinus Junianto, ST, MT kepada tim media saat meninjau langsung lokasi longsor di km 73 Takari pada Minggu (13/8/2023).
“Lokasi ini masih sangat rawan terjadi longsor susulan. Setelah longsor pertama, sudah 2 kali terjadi longsor susulan. Karena itu kami siapkan 3 alternatif penanganan, terutama untuk antisipasi longsor susulan di musim hujan yang tinggal beberapa bulan lagi,” ujar Kabalai Junianto.
Menurutnya, masa penangganan darurat telah selesai. Material longsor pada Februari 2023 lalu, telah dibersihkan hingga mendapatkan badan jalan existing (badan jalan Trans-Timor yang tertimbun, red).
“Kita juga sudah buat trap dan lakukan pemadatan. Namun, terjadi lagi 2 kali longsor susulan. Longsor kedua pada 26 April 2023 dan longsor ketiga pada Juni 2023. Akibatnya meterial longsoran kembali menutup badan jalan seperti yang kita lihat saat ini,” jelas Junianto.
Menurutnya, BPJN NTT telah melaksanakan penanganan darurat secara maksimal. “Namun kondisi alam tidak dapat di prediksi kapan saja bisa terjadi longsor susulan. Sehingga perlu beberapa alternatif penanganannya,” ujar Kabalai yang akrab disapa Junto.
Ia memaparkan lokasi tersebut masih sangat rawan terjadi longsor susulan. “Kalau kita tidak ganggu (bersihkan material longsornya, red) dia tidak bergerak (longsor, red). Tapi kalau kita bersihkan material longsor yang menutup badan jalan, dia akan kembali longsor,” jelas Junto.
Untuk mengantisipasi terjadinya longsor yang lebih besar di musim hujan yang akan datang, maka pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR RI).
“Dari hasil observasi lapangan di daerah sekitar longsor, telah terjadi retakan-retakan tanah yang cukup lebar hingga mengancam pemukiman warga setempat. Ini yang mesti kita koordinasikan dengan pusat untuk penangangan selanjutnya yang lebih baik,” tandasnya.
Lebih lanjut Junto menjelaskan, untuk mengantisipasi terjadinya longsor yang lebih besar di musim hujan, pihaknya telah menyiapkan tiga alternatif penanganan.
Alternatif pertama, pihaknya akan membangun jembatan dengan panjang sekitar 250 meter di titik longsor. Namun hal tersebut membutuhkan biaya besar dan waktu yang cukup panjang.
Alternatif kedua, pihaknya akan melakukan trase jalan kabupaten. “Namun akan menambah panjang jarak tempuh dan juga ada gesekan sosial seperti saat pembebasan lahan. Ini yang masih kita pikirkan,” ungkap Junto.
Alternatif ketiga, pihaknya akan menjadikan jalan alternatif yang digunakan sekarang sebagai jalur utama. “Ini tentunya perlu desain yang maskimal. 3 alternatif tersebut akan kita usulkan ke Kementerian PUPR RI,” ujarnya.
Junto memaparkan, pihaknya akan berupaya secepat mungkin untuk menangani titik longsor tersebut. “Namun jika dananya belum keluar, kita akan tetap manfaatkan jalur darurat dan jalur alternatifnya. Itu akan kita maksimalkan dengan menyiapkan alat berat untuk stand by di kedua lokasi tersebut,” ujar Junto.
Seperti disaksikan tim media ini, Jalan Trans-Timor di km 83 Takari tampak tertimbun jutaan kubik material longsor susulan hingga saat ini. Terlihat debu menebal di jalan tersebut karena cuaca yang panas.
Namun kondisi itu akan berubah jika turun hujan. Siraman air hujan akan mengakibatkan jalan tersebut berlumpur dan sulit dilalui kendaraan.
Di beberapa titik tampak tanah yang basah oleh rembesan air. Bahkan muncul mata air di lokasi longsor. Tampak lima orang anak berusia 5-7 tahun sedang menimba air sedikit demi-sedikit di lokasi genangan untuk digunakan.
Seperti diberitakan sebelumnya terjadi longsor di Kilometer 73, di Kelurahan Takari, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang yang menutup ratusan meter badan jalan Trans-Timor. Akibatnya pasokan sembako, bahan bangunan, BBM, dan lainya ke Kabupaten TTS, TTU, Belu, dan Malaka serta Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) terhambat.
Upaya pembersihan dilakukan oleh BPJN NTT dengan menggerakkan puluhan alat berat dan kendaraan pengangkut (truk, red) untuk mengangkut/memindahkan jutaan kubik material longsor. (JoGer/tim)