Malaka, NTT — Para Petani di beberapa desa di wilayah dataran Kabupaten Malaka harus berjibaku, ‘berkelahi’ dengan hujan dan banjir untuk menyelamatkan ratusan hektar jagung siap panen. Diketahui, dalam sepekan terakhir hujan deras disertai angin kencang dengan intensitas tinggi melanda wilayah Kabupaten Malaka dan sekitarnya.
Akibatnya, banjir lokal dan banjir kiriman dari wilayah pegunungan meluap dari Sungai Benenain, Sungai Motadelek, Sungai Motahali dan beberapa sungai kecil lainnya. Buntutnya, pemukiman warga dan ladang warga terendam banjir.
Parahnya, ratusan hektar jagung milik warga yang sudah siap panen rubuh diterpa angin kencang dan direndam banjir. Sementara, hujan terus turun dengan intensitas tinggi sehingga ratusan hektar jagung tersebut terancam gagal panen.
Menanggapi kondisi ini, masyarakat petani mengambil langkah antisipatif untuk menyelamatkan hasil keringat mereka. Ditemui di Desa Rabasa dan Rabasa Haerain, Kecamatan Malaka Barat, Kamis (01/04/2021), para petani ‘berkelahi’ dengan hujan dan banjir untuk panen jagung. Padahal, kebun terendam banjir luapan sungai motadelek setinggi lutut. Sementara, hujan terus mengguyur.
“Selama ini hujan dan angin jadi jagung dong rubuh. Kemudian kemarin kali meluap sehingga air sampai sini dan rendam jagung yang sudah tumbang terendam”, ujar Paulus, petani asal Desa Rabasa, yang ditemui ketika sedang panen jagung bersama keluarga.
Menurut dia, dirinya dan keluargs putuskan untuk panen jagung walau situasi tidak mendukung. Hal itu dilakukan untuk menyelamatkan jagung yang serang terancam gagal panen.
“Kalau tidak buat begini kasihan jagungnya. Padahal, jagungnya bagus dan kita sudah senang. Tiba-tiba sudah terjadi begini. Harapan kita hilang. Maka, biar hujan dengan banjir juga kita paksa panen”, lanjutnya.
Terkait hal itu, masyarakat Malaka menilai Pemerintah Daerah Kabupaten (Pemkab) Malaka dibawah kepemimpin Penjabat (Pj) Bupati pasif. Penilaian warga tersebut bukannya tanpa alasan. Menurut warga, sejauh ini Pemerintah hanya datang dan melihat lalu pulang kembali tanpa meninggalkan solusi yang bisa menenangkan warga.
Pamong Tani Desa Forekmodok, Kecamatan Weliman, Ludovikus Luan mengeluhkan sikap pasif Pemerintah Daerah Kabupaten Malaka terkait musibah yang dialami masyarakat. Kepada VN, Selasa (30/03/2021), Luan menuturkan, sejak banjir pertama yang terjadi pada akhir Februari lalu, tidak ada bantuan yang diberikan dari pemerintah kepada korban banjir. Sementara air terus mengikis dan menggerus kebun warga.
“Oleh karena itu kami perlu daraskan kepada pemerintah yang kerap kali datang lihat lalu pulang tanpa meninggalkan jejak yang bisa melegakan beban dan pikiran kami. Rumah kami terendam, kebun kami rusak, lahan kami terkikis dan terbawa arus air. Kami mau mengeluh kepada siapa sementara mereka datang hanya menonton dan melihat dari jauh sembari tunjuk sana tunjuk sini dengan alasan masih melakukan kajian dan pendataan secara akurat agar bisa diintervensi tapi itu hanyalah lips service tanpa solutif yang notabene meninabobokan pikiran kami”, ujarnya.
Dikatakan bentuk penyelamatan terhadap korban banjir tidak semestinya dengan data dan administrasi yang serba kompleks tapi intervensi ril menunjukan eksistensi bahwa pemerintah itu ada untuk membantu dan menolong warga yang sedang susah.
“Jangan tunggu air sudah cekik kami punya leher baru bawa datang indomi, kemudian upload di medsos dengan caption membantu korban banjir Benenain. Oleh karena itu kami minta kepada pemerintah segera melakukan intervensi secara ril salah satunya selamatkan rumah kami. Kami tidak peduli dengan berapa luas lahan yang sudah terbawa arus tapi kami hanya minta selamatkan rumah kami dari Kali Benenain”, tutupnya.*(BuSer/ Tim)