Sakunar.com — Kebijakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemprov NTT) untuk memajukan jam masuk sekolah bagi siswa SMA ke jam 5 pagi mendapat reaksi penolakan dari banyak kalangan. Kebijakan ini dinilai berpotensi mencetak generasi tidak berkualitas.
Kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi yang digagas Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ini mendapat kritikan dari banyak pihak.
Salah satu kritikan atas kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi tersebut dilontarkan dokter spesialis kesehatan tidur (Somnologis), dr. Andreas Prasadja, RPSGT.
Menariknya, kritikan yang disampaikan dokter spesialis kesehatan tidur ini langsung bersinggungan dengan tujuan pemberlakuan kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi, yakni menciptakan generasi yang berkualitas.
“Pagi ini saya dikejutkan dengan berita bahwa Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mewajibkan murid SMA di Kupang untuk masuk sekolah jam 5 pagi,” ujar drm Andreas, dalam unggahan video di kanal media sosialnya, Selasa (27/02/2023).
Menurut Somnologis Snoring & Sleep Disorder Clinic pertama di Indonesia ini, jam masuk sekolah di Indonesia saat ini, yakni jam 7 pagi saja sudah salah. Di berbagai negara maju, kata dia, jam masuk sekolah justru dimundurkan sampai setengah 9, bahkan jam 9 pagi.
“Alasannya kenapa? Untuk kesehatan tidur atau kualitas tidur pada remaja atau dewasa muda ini. Untuk diketahui begini, usia remaja atau dewasa muda punya kebutuhan tidur 8 setengah sampai 9 seperempat jam,” ujar dia.
Argumentasi spesialis Somnologis ini bukannya tanpa dasar. Dia membeberkan, sebuah penelitian di awal tahun 1990an telah membuktikan bahwa dimundurkannya jam sekolah justru mampu meningkatkan kualitas generasi muda.
“Penelitian Mary Carskadon, yang menguji 2 sekolah, setelah dimundurkan jam sekolah, ternyata prestasi akademik meningkat, prestasi olahraga meningkat, angka absen karena sakit turun rastis. Dan yang diluar dugaan, kenakalan remaja turun hingga hampir 0. Maka secara perlahan jam masuk sekolah diundur,” jelasnya.
“Kesehatan tidur atau kecukupan tidur akan menjamin kualitas manusia. Bukan saja soal kesehatan, tetapi kecerdasan, daya ingat, kreatifitas, kualitas otak manusia. Dengan kurangi jam tidur kita turunkan kualitas manusia. Daya tahan tubuh buruk, kecerdasan menurun, resiko berbagai penyakit,” sambungnya.
Selain kesehatan, lanjut dia, yang perlu diperhatikan adalah bahwa jam biologis remaja atau dewasa muda berbeda dengan orang dewasa.
“Otak usia remaja atau dewasa muda baru tidur jam 11 malam ke atas. Cuma bangunnya seharusnya siang, karena otaknya baru aktif sekitar setengah 10 atau jam 10 siang”, terang dia.
“Maka landangan bahwa kurang tidur, insomnia, pendek-pendekin jam tidur itu lebih produktif itu sudah kuno. Dengan memperhatikan kesehatan tidur, justru langkah cerdas untuk meningkatkan produktifitas,” tutupnya.*(JoGer. Sumber: Snoring & Sleeping Disorder Clinic)