Salah satu gagasan dan karya monumental dari seorang dr. Stefanus Bria Seran, MPH bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur adalah Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak atau yang disingkat (Revo KIA).
Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak atau Revo KIA dicetuskan oleh dr. Stefanus Bria Seran, MPH ketika menjabat Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak ini dicetuskan untuk menekan angka kematian ibu dan anak saat melahirkan, yang memang angkanya sangat tinggi kala itu.
Dalam sebuah perbincangan santai sambil memantau persiapan ETMC 2019 di Lapangan Misi Besikama, Jumat 28 Juni 2019, dr. Stefanus Bria Seran, MPH yang kala itu menjabat sebagai bupati perdana Malaka blak-blakan tentang falsafah Revo KIA yang ia cetuskan kala itu.
Sosok yang dikenal luas dengan sapaan Dokter Stef ini menjelaskan, ketika itu ketentuan atau standar yang diterapkan pemerintah bahwa melahirkan yang baaik itu ditolong oleh tenaga kesehatan, entah dimana saja tidak jadi masalah.
“Waktu itu, ketentuannya bahwa melahirkan yang baik itu di mana saja tidak masalah, yang penting dibantu oleh tenaga kesehatan. Nah, saya ubah konsep ini, bahwa melahirkan harus di fasilitas kesehatan yang memadai”, kata Dokter Stef dalam bincang-bincang sekitar 5 menit kala itu.
Magister Kesehatan Masyarakat lulusan Harvard Univetsity Boston, Amerika Serikat ini menjelaskan, ada enam ukuran untuk menentukan suatu fasilitas kesehatan disebut memadai.
Pertama, ditolong oleh tenaga kesehatan yang berkualifikasi, baik dalam aspek kompetensinya, kualitasnya, kuantitasny, maupun persebarannya.
Kedua, peralatannya yang dibutuhkan untuk menolong ibu yang melahirkan harus memadai sesuai standarnya.
Ketiga, perbekalan yang dibutuhkan memadai untuk supaya alat-alat kesehatan tersebut dapat digunakan untuk menolong ibu bersalin.
Keempat, gedung yang digunakan untuk membantu persalinan harus memadai, dalam artian, tidak boleh abu, tidak boleh kotor dan steril sesuai standar kementerian.
Kelima, memiliki jejaringan yang dibutuhkan untuk menolong persalinan. Misalnya, kalau butuh donor darah, sudah ada jaringan yang menyiapkan, atau kalau butuh rujukan, sudah bisa tiba dengan cepat di Rumah Sakit rujukan.
Keenam, harus ada anggaran dan pembiayaan yang memadai agar ibu bersalin bisa ditolong dengan baik.
Mantan Tim Pakar Gubernur NTT di bidang kesehatan ini menjelaskan, sebuah fasilitas kesehatan harus memenuhi syarat agar dapat dikatakan memadai. Syarat tersebut adalah harus buka 24 jam. Dan syarat ini hanya terdapat di dua tempat, yakni puskesmas dan rumah sakit.
Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak atau Revo KIA ini, menurut Dokter Stef, memiliki definisi operasional, yaitu ibu yang akan melahirkan dijemput dari rumahnya supaya bisa melahirkan di fasilitas kesehatan.
Terbukti, Revo KIA berjalan dengan baik dan berhasil menekan angka kematian ibu dan bayi saat persalinan. Angka kematian ibu dan anak di NTT pun terus menurun dari tahun ke tahun. Dan tentu ini semua berkat gagasan brilian seorang dr. Stefanus Bria Seran, ‘Bapak Revo KIA’.*(redaksi)