KONKLAF pemilihan paus pengganti Paus Fransiskus bakal digelar di Kapel Sistina, di Vatikan mulai Rabu 07 Mei 2025. Sekitar 133 Kardinal Elektor atau Kardinal yang memiliki hak memilih dan dipilih telah berkumpul di Vatikan untuk proses pemilihan pemimpin baru untuk 1,3 Miliar umat Katolik sedunia ini.
Diantara ratusan Kardinal Elektor tersebut terdapat salah satu utusan dari Gereja Katolik Indonesia. Dialah Kardinal Ignatius Suharyo. Walaupun namanya tidak sepopuler Kardinal lain menjelang Konklaf 2025, namun sesuai regulasi, Kardinal Suharyo memiliki hak untuk dipilih menjadi Paus berikutnya.
Ignatius Suharyo lahir di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, pada tanggal 9 Juli 1950. Ayahnya bernama Florentinus Amir Hardjodisastra, seorang pegawai di Dinas Pengairan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan ibunya bernama Theodora Murni Hardjadisastra.
Ignatius adalah anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Kakaknya, yakni RP. Suitbertus Ari Sunardi OCSO, adalah rahib imam di Pertapaan Santa Maria Rawaseneng di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Sementara dua orang saudarinya menjadi biarawati, yakni Suster Christina Sri Murni, FMM dan Suster Maria Magdalena Marganingsih, PMY.
Pendidikan dasar ditempuh Ignatius di 2 sekolah, yakni SD Kanisius, Gubuk, Sedayu hingga kelas IV, kemudian pindah ke SD Tarakanita, Bumijo, Yogyakarta, hingga tamat disana.
Pendidikan calon imam dimulainya dengan bergabung ke Seminari Kecil Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada tahun 1961. Kemudian melanjutkan ke Seminari Menengah Mertoyudan dan lulus pada tahun 1968.
Ia kemudian melanjutkan studi di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta, dan pada tahun 1971 ia mendapatkan gelar Sarjana Muda bidang Filsafat/Teologi. Kemudian pada tahun 1976 mendapatkan gelar Sarjana Filsafat/Teologi.
Ignatius Suharyo ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 26 Januari 1976 oleh Justinus Kardinal Darmojuwono di Kapel Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, bersama dengan RD Yohanes Bardiyanto.
Romo Suharyo lalu ditugaskan untuk studi di Roma, Italia. Ia menyelesaikan studi Doktoral Teologi Bibilis di Universitas Urbaniana, Roma, Italia pada tahun 1981.
Sepulangnya dari Roma, Romo Suharyo menjadi pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya, Yogyakarta (1981-1991). Pada tahun 1983 hingga 1993, ia menjadi Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta.
Mgr. Suharyo sempat menjadi Dosen Pengantar dan Ilmu Tafsir Perjanjian Baru di Fakultas Teologi Wedabhakti, Yogyakarta pada tahun 1989. Ia kemudian menjadi Dekan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada tahun 1993 hingga 1997.
Ia juga menjadi pengajar di Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta dan Universitas Katolik Parahyangan, Bandung pada tahun 1994–1996.
Pada tahun 1996–1997, Suharyo menjadi Direktur Program Pascasarjana Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dan sempat menjadi Ketua Konsorsium Yayasan Driyarkara pada tahun 1997.
Di kalangan para imam, Romo Ignatius pernah menjadi Ketua UNIO (Persaudaraan Imam-imam Praja) Keuskupan Agung Semarang.
Menjadi Uskup Di 2 Keuskupan
Pada tanggal 21 April 1997, Paus Yohanes Paulus II mengangkat Romo Ignatius Suharyo menjadi Uskup Agung Semarang. Kemudian pada tanggal 22 Agustus 1997 ia ditahbiskan menjadi uskup di Gedung Olahraga Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah.
Mgr. Ignatius Suharyo memilih motto episkopal, “Serviens Domino Cum Omni Humilitate” (Kis 20:19), yang artinya “Aku Melayani Tuhan dengan Segala Rendah Hati”.
Di Konfrensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Kardinal Suharyo pernah menjabat sekretaris jenderal untuk 2 masa bakti, yaitu masa bakti 2000-2003 dan 2003-2006. Menjabat Wakil Ketua I pada Tahun 2006 dan terpilih kembali untuk jabatan yang sama pada tahun 2009. Kemudian pada 15 November 2012, Mgr. Suharyo terpilih menjadi Ketua KWI untuk periode 2012–2015, lalu kembali terpilih menjabat posisi yang sama untuk periode 2015–2018.
Pada bulan Mei 2004, Mgr. Suharyo mendapat gelar Guru Besar bidang teologi pada Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pada 2 Januari 2006, Mgr. Suharyo ditunjuk menjadi Uskup Ordinariat Militer Indonesia, menggantikan Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J. Jabatan ini ia emban sampai sekarang.
Kemudian, ketika Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ mengajukan permohonan kepada Tahta Suci untuk pensiun sebagai Uskup Agung Jakarta, ia ditunjuk menjadi Uskup Agung Koajutor Jakarta. Mgr. Suharyo harus meninggalkan jabatan sebagai Uskup Agung Semarang pada 27 Oktober 2009.
Mgr. Suharyo resmi menjabat Uskup Agung Jakarta sejak 28 Juni 2010, sejak Takhta Suci Vatikan resmi menerima pengunduran diri Kardinal Julius Darmaatmadja, S.J. Ia diinstalasi menjadi Uskup Agung Jakarta pada tanggal 29 Juni 2010.
Menjadi Kardinal
Pada tanggal 1 September 2019, dari halaman Basilika Santo Petrus Vatikan, Paus Fransiskus mengumumkan Mgr. Suharyo sebagai salah satu dari 13 nama kardinal baru.
Para Kardinal baru tersehut dikukuhkan dalam konsistori yang dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2019.
Karya-Karya Ilmiah
Sebagai ilmuwan dan guru besar di bidang Teologi, Kardinal Ignatius Suharyo menulis beberapa buku, seperti:
- Membaca Kitab Suci: Paham-paham Dasar
- Membaca Kitab Suci: Tulisan-tulisan Perjanjian Lama
- Membaca Kitab Suci: Tulisan-tulisan Perjanjian Baru
- Pengantar Injil Sinoptik
- Alam Hidup Perjanjian Lama
- Kitab Wahyu, Paham dan Maknanya Bagi Hidup Kristen
- Datanglah KerajaanMu
- Kisah Sengsara Yesus dalam Injil Sinoptik
- The Catholic Way, Kekatolikan dan Keindonesian Kita
Selain itu, Kardinal Suharyo juga menyadur karya Henri J.M. Nouwen, antara lain:
- Menggapai Kematangan Hidup Rohani
- Dengan Tangan Terbuka
- Engkau Dikasihi
- Kembalinya Si Anak Hilang
- Cakrawala Hidup Baru
- Pelayanan yang Kreatif
Itulah profil Kardinal Ignatius Suharyo, Kardinal Elektor yang mewakili Gereja Katolik Indonesia di Konklaf pemilihan pengganti Paus Fransiskus, mulai 07 Mei 2025 di Vatikan. Semoga bermanfaat.*(tim)