Tahun 1913 digambarkan sebagai suatu masa yang sulit, dimana para Misionaris Jesuit (SJ) harus berpisah dengan misi di Pulau Timor. Dengan berat hati Pater Mathijsen dan rekan-rekannya harus meninggalkan tanah Timor pada Tanggal 27 Mei 1913.
Selanjutnya, Misi Katolik di Tanah Timor diserahkan kepada para misionaris Serikat Sabda Allah atau SVD. Misionaris SVD yang pertama tiba di Pulau Timor adalah Pater Petrus Noyen, SVD. Melihat potensi misi yang besar di tanah Timor ini, Pater Petrus Noyen menulis surat ke Rumah Induk SVD di Steyl, Belanda. Dalam surat tersebut ia menulis: “Kirimkan Aku Imam-Imam”. Maka pada tanggal 16 September 1913, Steyl mengutus 11 Imam sekaligus ke tanah misi di Pulau Timor.
Pater Petrus Noyen dan para Misionaris SVD memulai karyanya di Pulau Timor dengan menata dunia pendidikan, yang nyatanya bukan sesuatu yang mudah. Pater Noyen sampai harus meminta bantuan tenaga pendidik dari sekolah guru Manado. Ia juga harus megirim utusannya, yaitu Pater Verstraelen, SVD untuk mengikuti orientasi di sekolah yang dikelokah para misionaris Jesuit di Larantuka, Flores. Di sana, Pater Vertraelen mempelajari seluk-beluk sekolah.
Maka di tanah misi Fialaran, Timor bertemulah para utusan Tuhan. Mereka adalaha para Misionaris Imam dari Steyl, Belanda dan para Misionaris Awam (Guru) dari Manado, Sulawesi. Mereka bertemu di Fialaran, Timor, untuk bersama-sama memajukan dunia pendidikan di Tanah Misi ini.
Selain itu, Pater Petrus Noyen juga meminta tenaga suster SSpS untuk mendukung kegiatan misi di Fialaran, Timor. Pernintaan tersebut ditanggapi dengan sangat baik, dengan diutusnya Suster Antonie de Leew, SSpS. Suster Antonie tiba di Fialaran pada tahun 1922.
Suster Antonie mendukung kegiatan misi melalui pendidikan non formal, seperti kursus rumah tangga bagi gadis-gadis Timor.
Tercatat, bahwa kehadiran para Misionaris SVD di tanah Timor bagaikan obor nan tak kunjung padam. Hingga saat ini (2024) obor itu masih tetap menyala dan akan terus menyala demi kemuliaan Tuhan Semesta Alam. Namun, semua ini tentu tidak terlepas dari apa yang sudah ditaburkan oleh para pendahulu, yaitu para Misionaris Domonikan (OP) dan para Misionaris Jesuit (SJ).
Musim boleh silih berganti, Misionaris boleh saling bergantian, namun SABDA TUHAN Tetap ABADI.*(bersambung)
*Sumber: Jejak Tapak Sang Guru karya Daniel Tifa & Drs. Nikolaus Tnano, MA.