BETUN, Sakunar — Bukan Lautan, Hanya Banjir Benenai. Sejauh mata memandang, hanyalah genangan air berwarna kecokelatan dengan aroma khas lumpur sedimen banjir Benenai.
Pemandangan ini terpantau di 3 desa di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (11/03/2024). Sungai Benenai meluap mulai sekitar pukul 02 dinihari, dan menggenangi Desa Fafoe, Desa Sikun dan Desa Oanmane.
Banjir yang meluap melalui tanggul jebol di Katara, DesaFafoe menghantam dua desa, yakni Desa Fafoe dan Desa Sikun. Tanggul ini jebol sejak bencana Seroja pada April 2021 silam, namun belum kunjung diperbaiki.
Kemudian luapan dari wilayah hilir kali di Busabelo menghantam Desa Oanmane.
Hampir seluruh wilayah Desa Oanmane terendam. Sebagian besar Desa Sikun dan Desa Oanmane juga terendam. Bahkan dikabarkan, Desa Motaain di seberang kali pun ikut terdampak.
Pemukiman warga terendam, warga tak bisa tinggal di rumah huniannya dengan tenang. Terpantau, banjir masuk ke sebagian rumah tinggal warga dengan ketinggian hingga lutut orang dewasa.
Dapat dibayangkan betapa susahnya warga tinggal dengan tenang di rumah sendiri. Betapa susahnya warga mengolah makanan untuk dikonsumsi sekeluarga. Betapa susahnya warga mengakses air bersih.
Belum lagi, ternak peliharaan pun menjadi persoalan tersendiri bagi warga terdampak banjir ini. Sebab hingga Pukul 14:00 Wita, air belum surut sepenuhnya.
Selain menggenangi pemukiman, banjir luapan kali Benenai ini juga merendam kebun-kebun warga. Puluhan, bahkan ratusan lahan jagung Musim Tanam pertama milik warga terancam gagal panen.
Camat Malaka Barat, Remigius Seran Bria, di Lokasi Banjir di Desa Oanmane, Senin (11/03/2024) mengatakan, banjir luapan Kali Benenai di wilayah tersebut adalah persoalan kronis, yang menjadi ancaman bagi warga setiap tahunnya.
Sebenarnya, kata Camat, hanya ada satu solusi untuk mengatasi hal ini, namun belum direalisasikan oleh Pemda Malaka hingga saat ini.
“Solusinya satu saja, yaitu rehabilitasi tanggul yang rusak sejak bencana seroja tahun 2021 silam, dan pembangunan tanggul di hilir kali di Desa Oanmane. Kita sudah usul selama 3 tahun ini tapi belum direalisasikan,” ujar Remigius Seran Bria.
Camat menambahkan, tanpa rehabilitasi dan pembangunan tanggul Benenai, maka sebaik apapun program pembangunan di beberapa desa tersebut akan sia-sia.
Camat mencontohkan, program peningkatan jalan (perkerasaan) melalui Dana Desa dan Pokir Anggota DPRD di Desa Oanmane, bakal rusak kembali pasca banjir.
Terkait solusi dampak banjir, Camat Malaka Barat mengatakan, saat ini pihaknya sedang mendroping air bersih untuk kebutuhan warga.
Sedangkan terkait kerugian materiil akibat banjir, Camat mengaku pihaknya sedang mendata. Namun demikian diperkirakan, sekitar 75% wargadi 4 desa di Malaka Barat terdampak banjir.*****