BETUN, Sakunar — Oknum berpenampilan (berbusana) preman yang mengaku sebagai Ketua PPS Desa Alkani di Kecamatan Wewiku, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur diduga melarang wartawan yang sedang meliput proses pengamanan logistik Pemilu di TPS 02 Desa Alkani.
Peristiwa tak mengenakkan tersebut dialami tim wartawan sakunar.com, Selasa malam (13/02/2024).
Kronologinya, sekira Pukul 22:00, tim wartawan sakunar.com tiba di TPS 02 Desa Alkani, yang berlokasi di Kantor Desa Alkani.
Ketika tim wartawan tiba di lokasi, langsung saling menyapa dan basa-basi dengan 2 anggota Polri, dan 1 orang Linmas yang sedang melaksanakan tugas pengamanan. Tim wartawan juga menyapa beberapa wanita yang sibuk mengemas peralatan makan, yang diduga bagian dari penyelenggara pemilu.
Tak lama berselang, datang pula seorang anggota TNI ke lokasi. Anggota TNI ini mengaku baru kembali dari patroli di TPS lain.
Setelah berdiskusi sebentar dengan para anggota Polri, TNI dan Linmas, wartawan kemudian meminta ijin untuk mengabadikan moment kesigapan TNI, Polri, Linmas dan Pengawas Pemilu dalam mengawal logistiik, dengan latar belakang foto logistik pemilu.
Usai mengabadikan moment tersebut, dan ketika tim wartawan hendak pamit untuk melanjutkan perjalanan, muncullah sekitar 3 orang pria berpenampilan (berbusana) preman. Salah satu dari mereka adalah seorang pria yang mengenakan kaos oblong putih dan celana pendek putih pula.
Tanpa menyapa tim wartawan dan para anggota Polri serta TNi yang ada, pria yang mengaku sebagai Ketua PPS tersebut langsung bertawa: “pak dong pewarta, ya?”. Pertanyaan ini kemudian dijawab iya oleh Pemred sakunar.com.
Pria berpenampilan preman tersebut lalu bertanya, “Tadi pak dong masuk ke dalam?” Lalu disusul pernyataan, “sesuai aturan, Pak dong harusnya tidak boleh masuk ke dalam”.
Pemred sakunar.com kemudian bertanya tentang identitas pria berkaos oblong dan bercelana pendek tersebut, karena tidak ada satu atribut pun yang menjelaskan tentang identitas pria itu.
Pria tersebut kemudian mengaku bahwa dirinya bernama Inosenvinus Nahak, dan menjabat sebagai Ketua PPS.
Wartawan lalu meminta pria berpenampilan preman tersebut untuk menjelaskan aturan mana yang melarang wartawan.
Pria berpenampilan preman yang mengaku sebagai Ketua PPS Desa Alkani ini mengatakan bahwa wartawan harus meminta ijin kepada dirinya.
Wartawan pun menjawab, bagaimana bisa meminta ijin kepada dirinya, sedangkan dia sendiri tidak berada di lokasi?
Pria berpenampilan preman itu menjawab bahwa dirinya sedang melakukan monitoring di TPS lain.
Anehnya, walau mengaku sedang melakukan monitoring, penampilan Insenvinus Nahak ini sangat preman dan tidak mengenakan 1 atribut pun yang menjelaskan posisinya sebagai Ketua PPS.
Kondisi ini sangat berbeda dengan petugas lain, seperti Pengawas Pemilu, Linmas dan TNI, Polri.
Pemred sakunar.com pun menjelaskan bahwa wartawan datang ke lokasi untuk melakukan tugas jurnalistik dan melakukannya sesuai etika.
Setelah sempat terjadi ketegangan, oknum berpenampilan Preman, yang mengaku sebagai Ketua KPPS ini mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Dan permintaan maaf itu pun diterima wartawan.
Namun ada satu catatan bagi penyelenggara (jika tidak berkeberatan), agar mengenakan atribut yang bisa menjelaskan identitasnya. Apalagi ketika sedang menjalankan tugas.
Ketua KPU Malaka, Yuventus A. Bere, dikonfirmasi sakunar.com memohon maaf atas miskomunikasi yang terjadi.
“Mohon maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan, mungkin diterjemahkan secara lurus untuk ketentuan soal pada saat hari pemungutan suara, agar pemantau dan media dapat memastikan kelengkapan id card dalam bertugas. Konteks hari ini dimaklumi bagian dari mis komunikasI,” ungkap Yuventus melalui pesan whatsapp kepada sakunar.com.*****