Sakunar — Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan sebuah kabar gembira kepada masyarakat soal Siklon Tropis 98S, yang masih terpantau di perairan antara Indonesia dan Australia saat ini.
BMKG memantau, bahwa Siklon Tropis 98S tersebut mulai menjauhi Laut Timor. Selain itu, BMKG juga meyakini, bahwa dampak cuaca dari kehadiran bibit siklon tropis 98S tidak akan separah Siklop Tropis Seroja, April 2021 silam.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, ada beberapa perbedaan antara 98S dengan Siklon Tropis Seroja yang memporak-porandakan NTT pada tahun 2021 lalu.
Pertama, kemunculan bibit 98S berada jauh di lepas pantai Pulau Timor. Tepatnya di Samudera Hindia utara Australia yang merupakan lahan lazim tumbuhnya bibit siklon tropis.
Pergerakan 98S ini pun berjalan menjauhi wilayah Indonesia ke arah barat daya. Sementara menurut catatan BMKG tanggal 5 April 2021, Siklon Seroja matang tepat di antara Pulau Sumba dan Timor. Saat kematangan tersebut, Seroja telak menghantam tepat di tengah-tengah NTT.
“Jadi insyaallah, kita berharap yang terbaik, bahwa bibit siklon 98S ini dampaknya tidak akan separah Seroja. Meskipun kita semua harus waspada,” jelas Dwikorita.
Kemunculan Seroja pada April 2021 lalu memang memberikan dampak kerusakan yang parah. Dari segi meteorologi pun, Seroja membuat kaget. Karena lazimnya, siklon tropis tidak bisa hidup di wilayah equator.
“Matangnya siklon seroja itu berada di 10 derajat lintang selatan. Jadi tepat di dalam wilayah Indonesia. Jadi memang anomali. Kalau bibit 98S ini tumbuh di tempat yang lazim,” paparnya.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan bahwa kemunculan bibit siklon 98S memang berada di wilayah Indonesia yakni perairan Laut Arafuru, namun berdasarkan perkiraan trajektori pergerakannya, 98S sudah berada di luar wilayah Indonesia saat kematangannya menjadi siklon tropis.
“Tumbuhnya memang di area responsibility BMKG. Namun nanti ketika sudah jadi siklon tropis sudah masuk wilayah Australia. Jadi yang memberi nama nanti Australia. Bukan nama Indonesia seperti Seroja,” papar Guswanto.
Walau demikian, BMKG tetap mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap dampak cuaca di Indonesia, seperti hujan sedang hingga lebat di NTB, NTT, Maluku dan Papua; angin kencang di NTB, NTT, Maluku dan Papua.
Juga gelombang setinggi 2,5-4 meter di perairan Wakatobi, Laut Flores, perairan selatan Pulau Sumba, perairan Pulau Sawu, perairan Kupang-Pulau Rote, Samudra Hindia selatan Kupang-Pulau Rote dan Laut Banda.
Daerah konvergensi lain terpantau memanjang dari Selat Malaka hingga Jambi, dari Sumatra selatan hingga Selat Sunda, dari Samudra Hindia barat Sumatra Barat hingga Lampung, dari Samudra Hindia selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur.
Juga dari Kalimantan Tengah hingga Sulawesi Barat, dari Kalimantan Utara hingga Laut Sulawesi, dari Laut Maluku hingga Papua Barat, dari Papua Barat hingga Papua, dan dari Laut Banda hingga Laut Arafuru.
Daerah pertemuan angin (konfluensi) memanjang di Laut Jawa hingga Laut Flores dan dari Jawa Timur hingga NTT. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.
Hujan disertai petir pada Senin, 10 April 2023, diperkirakan terjadi di Denpasar, Banjarmasin, Tarakan dan Kupang sepanjang hari. Hujan lebat di Mamuju. Hujan dengan intensitas sedang kemungkinan terjadi di Yogyakarta dan Palembang.
Hujan dengan intensitas ringan terjadi di Serang, Bengkulu, Jakarta Pusat, Jambi, Bandung, Semarang, Surabaya, Pontianak, Palangkaraya, Pangkal Pinang, Tanjung Pinang, Ambon, Mataram, Jayapura, Makassar, Padang dan Medan.
Suhu udara berkisar 20-33 derajat Celcius dengan suhu terendah di Bandung. Suhu tertinggi di Banda Aceh, Gorontalo, Pontianak dan Palangkaraya.
Prakiraan berbasis dampak hujan lebat dengan status siaga di NTB, NTT dan Sulawesi Selatan.
BMKG menghimbau agar masyarakat mewaspadai dampak dari potensi hujan, angin dan petir, antara lain bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, jalanan licin, dan rusaknya atap rumah serta fasilitas umum.*(JoGer/berbagai sumber)