Satgas Anti Korupsi Golkar Minta Kejati NTT Usut Pembangunan Jembatan ‘Miring’ Raterunu 1   

oleh -1,489 views

Mbay, Sakunar — Satuan Tugas (Satgas) Anti Korupsi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golkar NTT, meminta Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) NTT, Hutama Wisnu untuk mengusut pembangunan Jembatan ‘Miring’ Raturunu 1 yang membentang di Jalan Provinsi (Jalur Pantai Utara Flores, red), Ruas Aeramo-Kaburea, Desa Tendakinde, Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo.

Permintaan itu disampaikan Ketua Satgas Anti Korupsi DPD I Partai Golkar NTT, Kasimirus Bara Bheri, SH pada Selasa (6/12/22) ketika dimintai tanggapannya terkait kondisi Jembatan Raterunu 1 yang amblas, patah dan bolong, hanya setahu setelah dibangun.

“Saya minta Kajati NTT, Hutama Wisnu memerintahkan tim penyidik Kejati NTT untuk segera memeriksa kondisi Jembatan ‘Miring’ Raterunu 1 dan memproses hukum kontraktor pelaksananya, CV. Anugerah Cipta Jaya (ACJ) karena membangun jembatan tersebut tidak sesuai Spek (Spesifikasi Teknis) dan Bestek (syarat/ketentuan bangunan),” tandas Kasimirus.

Menurut Kasimirus, CV. Anugerah Cipta Jaya (anak perusahaan PT. Bina Citra Teknik Cahaya/BTC) sebagai kontraktor pelaksana pembangunan jembatan Raterunu 1 membangun jembatan tersebut tidak sesuai Spek dan Bestek.

“Saya sudah lihat sendiri kondisi jembatan itu. Itu kegagalan struktur jembatan karena tidak sesuai Bestek. Galian pondasi jembatan dangkal sehingga terkikis air, amblas dan patah,” ungkap Kasimirus.

Bahan bangunan yang digunakan, lanjutnya, juga tidak sesuai Spek (Spesifikasi Teknis, red). Karena diameter besi dan jenis besi yang digunakan tidak sesuai.

“Besi yang digunakan kontraktor adalah besi ulir 14 dan besi 12 banci. Padahal seharusnya, seluruh besi yang digunakan adalah besi 16 ulir,”  beber Kasimirus sambil menyamankan posisi duduknya.

Baca Juga:  TPDI Ingatkan Polisi Soal Kasus Pasar Danga Di Nagekeo

Selain itu, paparnya, kontraktor tidak menggunakan batu pecah (agregat, red).

“Diduga kontraktor malah menggunakan pasir dan kerikil bulat yang diambil dari kali tersebut. Itu bisa dilihat dengan sangat jelas dari kondisi bentangan jembatan yang sudah tergerus air. Juga bongkahan beton bentangan jembatan yang rapuh pada 2 lubang menganga di jembatan itu,” ungkap Ketua Satgas, Kasimirus sambil mengelengkan kepalanya.

Kasimirus mengaku sangat heran ketika mendapatkan bongkahan beton dari bentangan jembatan yang hancur di ujung jari tangannya.

“Masa beton kok bisa hancur ketika dicungkil dengan ujung jari tangan. Beton macam apa itu?” ujarnya sambil tersenyum sinis.

Kalau seperti itu, lanjut Kasimirus, bagaimana bisa menahan beban kendaraan yang melintas.

“Padahal jalur Pantura Flores ini sering sekali dilewati truck-truck expedisi bertonase besar. Jangan sampai jembatan ini ambruk ketika dilewati kendaraan. Ini sangat membayakan pengguna jalan,” jelasnya sambil memperbaiki posisi kacamatanya.

Galian bronjong, kata Kasimirus, juga dangkal sehingga mudah dikikis banjir. “Selain batu bronjong yang digunakan kecil, galian bronjongnya juga dangkal. Apalagi di lokasi itu struktur tanahnya berpasir jadi sangat mudah terkikis air,” tuturnya.

Ia pun mendesak Dinas PUPR NTT untuk sesegera mungkin mengirim Tim Teknis untuk memeriksa dan menilai jembatan tersebut. “Kita tidak ingin masyarakat menjadi korban. Kalau jembatan tersebut memang tidak layak digunakan/dilalui kendaraan, bisa segera diambil langkah antisipasi dengan membangun jembatan darurat. Apalagi ini sudah masuk musim hujan,” tandasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, diduga Jembatan Raterunu di Kaburea, Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo, NTT yang dibangun oleh kontraktor pelaksana, CV. Anugerah Cipta Jaya dikerjakan asal jadi alias tidak sesuai spesifikasi teknis (spek) dan bestek (syarat teknis bangunan, red). Tampak abudmen/pondasi jembatan yang dibangun pada tahun 2015 ini amblas, patah dan sehingga badan jembatan tampak miring.

Baca Juga:  Jembatan Ratenuru 1 Di Nagekeo; Dibangun 2015, Ambruk 2016, Dibiarkan Hingga Kini 

Seperti disaksikan Tim Wartawan pada di Jalan Lintas Utara Flores dan menghubungkan Ibukota Nagekeo, Mbay menuju Kabupaten Ende tersebut miring ke arah barat. Kemiringan jembatan Raterunu 1 ini sudah tampak dari jarak sekitar 50 meter. Setelah Tim Wartawan mengamati keadaan seluruh jembatan, ternyata kemiringan itu akibat amblasnya abudmen/pondasi jembatan sebelah barat.

Tampak pondasi jembatan bagian barat itu amblas sekitar 50 cm. Akibatnya, pondasi jembatan bagian timur juga patah karena badan jembatan bagian barat amblas mengikuti pondasi jembatan. Pada pondasi jembatan bagian timur ini tampak pecah dengan lebar sekitar 5 cm.

Pada plat beton jembatan tampak 2 lubang mengangga dengan diameter 1 meter dan 50 cm. Dari dua lubang di plat jembatan tersebut, dapat dilihat dengan jelas air yang mengalir di bawah jembatan tersebut. Plat beton jembatan tampak rapuh. Bahkan plat beton tersebut hancur berantakan oleh ujung jari tangan.

Dari plat beton yang hancur di tangan tim media, tak terlihat 1 butir batu pecah. Campuran plat beton jembatan Raterunu 1 itu hanya menggunakan kerikil dari bulat (dengan besaran yang tak beraturan, red) dan pasir kali. Bahkan dari plat beton jembatan tersebut, tim wartawan melihat dan mengambil batu kali sebesar genggaman tangan orang dewasa hanya dengan 2 jari tangan.

Baca Juga:  Dinas PUPR NTT Segera Kirim Tim Teknik Periksa Jembatan ‘Miring’ Raterunu 1 

Tim wartawan pun mengamati besi beton yang digunakan kontraktor. Ternyata kontraktor menggunakan besi beton 14 ulir dan menyisipkan besi beton 12 banci di bagian tengah plat beton jembatan. Padahal untuk konstruksi plat beton jembatan tersebut, seluruh besi beton yang digunakan harus besi 14 ulir.

Pagar jembatan di sisi utara pun tampak patah. Bahkan tak ada sisanya. Pipa besi pagar dan beton penyangganya pun telah tersapu banjir. Kondisi ini tentu saja sangat membahayakan masyarakat yang melintas karena jembatan tersebut bisa ambruk setiap saat ketika dilintasi kendaraan.

Sementara itu, bronjong pengaman jembatan di sisi selatan jembatan juga telah tersapu banjir. Hanya tampak beberapa meter yang masih tersisa. Dari batu bronjong yang tersisa, tampak mengunnakan batu kali berukuran sedang dan kecil.

Mantan Kepala Desa Tenda, Ferdinandus Sadha yang ditemui Tim Wartawan di Kaburea, mengakui bahwa kontraktor pelaksana Pembangunan Jembatan Raterunu 1 adalah kontraktor dari Ende, Heng Kosmas. Ia pun sempat mempersoalkan galian pondasi jembatan yang dangkal/tidak mencapai tanah dasar/keras. Namun kontraktor mengatakan kedalaman galian fondasi jembatan tersebut sudah sesuai Spek dan Bestek.

Pemilik CV. Anugerah Cipta Jaya, Heng Kosmas yang dikonfirmasi wartawan enggan memberikan penjelasan. Ia malah meminta wartawan untuk mengkonfirmasi hal tersebut ke Dinas PUPR NTT. Sementara itu, Kadis PUPR NTT, Ir. Maxi Nenabu, MT yang dikonfirmasi wartawan Jumat (2/12/22) pekan lalu mengatakan, akan segera mengirimkan tim teknis untuk memeriksa kondisi Jembatan Raterunu 1 di Jalur Pantura Flores itu.*(tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.